desa banyumas Arsip – MelungDesa Melung | Kab. Kab. Banyumas desa banyumas Arsip – Melung

+1 234 567 8

pemdes@melung.desa.id

Permohonan Online

Anda dapat mengajukan secara permohonan online

Produk Warga

Jelajahi produk lokal buatan dari para warga kami untuk Anda

Lapor/Aduan/Saran

Anda dapat melaporkan aduan dan memberi saran maupun kritik

Masih Perlu Gak Sih Bantuan Itu?

Masih Perlu Gak Sih Bantuan Itu?

Banyak bantuan untuk orang miskin. Sebut saja BLT (bantuan langsung tunai), BLM (bantuan langsung masyarakat), PKH (program keluarga harapan). Ada lagi yang namanya BSM (bantuan siswa miskin) yang semuanya diperuntukan untuk orang miskin.

Dan yang menentukan seseorang disebut miskin atau tidak miskin itu sudah ada kriterianya. Tergantung lembaga pemerintah mana yang melakukan survei. Semua berdasarkan pada sensus yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Siapa sih yang mau disebut miskin? (Tidak mau). Semua orang tidak menghendaki untuk disebut miskin. Satu contoh ketika ada pembagian zakat seperti yang terjadi dikampung saya. Terkadang walaupun sudah menerima kadang dikembalikan, tidak mau menerima pembagian zakat. Itu artinya mereka menganggap dirinya sudah mampu. Bukan lagi orang miskin yang harus diberi uluran bantuan.

Akan tetapi karena seringnya diberi bantuan sehingga banyak orang yang kemudian mengaku miskin. Walaupun harus berbohong, seperti misalnya pada saat diadakan sensus entah sensus pertanian ataupun sensus yang lain. Ketika ditanya tentang segala sesuatunya pasti akan ada keraguan untuk menjawabnya. Takut kalau dari data tersebut nantinya akan dijadikan acuan untuk menerima bantuan atau mungkin kehilangan bantuan yang sebetulnya bukan hak atasnya.

Lalu saya suka berpikir, apakah dari semua pemberian bantuan untuk orang miskin nantinya akan ada evaluasi? Artinya sekian tahun kemudian ada evaluasi jumlah kemiskinan akan bertambah atau berkurang dari semua bantuan yang telah diberikan. Dan seumpama benar dilakukan evaluasi pasti jumlah orang miskin akan semakin bertambah.

Nah, kalau jumlahnya semakin bertambah artinya angka kemiskinan akan terus bertambah. Yang tentu saja kalau ada pejababat yang saat mencalonkan untuk jadi pemimpin akan mengurangi jumlah kemiskinan sudah bisa dikatakan gagal. Karena ternyata jumlah kemiskinan malah bertambah.

Berkaca dari itu saya kemudian membayangkan, seumpama saya seorang yang diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk menjadi pemimpin. Saya akan mengadakan sebuah program atau bantuan untuk petani dan nelayan. Programnya semisal seperti ini, setiap petani yang gagal panen akan diganti seluruh biaya produksinya. Pokoknya kalau ada petani yang mengalami kerugian akan dibantu. Besar kecilnya tentu bergantung dengan luas lahan yang ada. Begitupun dengan nelayan.

Kalau kemudian jumlah petaninya semakin banyak saya juga tidak perlu khawatir. Dengan jumlah pertani yang semakin banyak tentu kita tidak perlu import hasil pertanian. Kalau sudah mencukupi malah bisa kita jual ke negara tetangga. Sayangnya saya bukan seseorang yang bisa menentukan arah kebijakan. Tapi ya nga apa-apa kalau semisal saya punya mimpi terus ada orang yang bisa mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan.

Loading

Pelibatan Masyarakat Dalam Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Pelibatan Masyarakat Dalam Perlindungan Keanekaragaman Hayati

IMG-20160114-WA0052Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai keberadaan satwaliar yang dilindungi menjadi perhatian utama di Desa Melung. Pada umumnya masyarakat hanya mengenal atau menyebut semua jenis raptor dengan sebutan “Dok Jali”, padahal raptor itu sendiri banyak jenisnya seperti Elang Jawa, Elang Ular Bido, Elang Hitam dan lainnya. Begitupun dengan primata masyarakat hanya mengetahui atau menyebut dengan “Kethek” dan uwa-uwa, padahal kalau menurut jenisnya ada Owa Jawa, Rek-rekan, Lutung Jawa serta Monyet Ekor Panjang.

Ketidaktahuan masyarakat dengan adanya peraturan perundang-undangan tentang pelarangan perburuan terhadap satwa dilindungi juga mengharuskan pemerintah desa Melung untuk segera mengadakan sebuah pemahaman tentang sumber daya alam.

Pemerintah Desa Melung berencana akan memberikan pengetahuan dasar kepada masyarakat Desa Melung dengan memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis raptor, jenis-jenis primata serta status konservasi satwa yang menghuni dikawasan Desa Melung, serta keterlibatan dari masyarakat dalam menjaga dan memberikan keamanan kepada satwa-satwa yang berstatus dilindungi.
Kegiatan tersebut akan dikemas dalam bentuk sebuah Workshop dengan tema “Pelibatan Masyarakat Dalam Perlindungan Keanekaragaman Hayati”. Workshop akan dilaksanakan pada hari Jum`at (15/1) di Aula Widya Mandala Desa Melung dengan menghadirkan pembicara dari Biodiversity Society Purwokerto.

Keterlibatan masyarakan dalam menjaga dan mengamankan satwaliar dipandang strategis dalam upaya perlindungan sumber daya alam desa. Oleh karena itu, Pemerintah Desa Melung memandang perlu adanya upaya peningkatan kapasitas masyarakat dalam perlindungan sumberdaya alam.

Loading

Peraturan Kepala Desa Melung Tentang Ruwatan dan Sedekah Bumi

Dukun Bayi dan Kesadaran Kesehatan Warga

Dukun bayi adalah seseorang yang berprofesi membantu proses kelahiran, memandikan dan merawat bayi saat lahir. Dalam menjalankan tugas mulianya dukun bayi membantu seseorang yang akan melahirkan mulai dari umur tujuh bulan bayi dalam kandungan hingga bayi lahir. Bahkan setelah bayi lahirpun masih menjadi beban tanggungjawabnya selama hampir kurang lebih 40 (empat puluh) hari.

Maka tidak heran kalau kemudian seseorang yang berprofesi sebagai dukun bayi pasti memiliki keahlian khusus serta memiliki mantra-mantra tertentu. Mulai dari membuat ramuan bayi sang ibu yang baru melahirkan, sampai menyepuh bayi dalam rendaman air yang telah diberi sepuhan (lading) pisau, garam dapur, nasi, jeruk nipis dan buah mentimun yang masih utuh.

Setelah bayi berumur empat puluh hari diadakan sebuah upacara yang disebut wisuh(membasuh). Upacara ini dimulai dari memandikan sang bayi dengan air yang telah diberi beberapa mantra. Selain sang bayi sang ibu juga membasuh kedua tangan dan kakinya sebagai permohonan maaf, dan sang ibu beserta keluarga mengucapkan rasa terima kasih telah dibantu dalam prose kelahirannya.

Di awal tahu 1995 Desa Melung kedatangan Bidan Desa untuk membantu ibu hamil yang akan melahirkan. Maka sejak saat itu beban atau tugas sebagi dukun bayi tidak hanya berada dalam tanggungjawab sang dukun bayi. Kerjasama antara bidan desa dan dukun bayipun mulai dibangun dengan saling berbagi dalam menolong proses kelahiran. Sang dukun bayi dengan adat kejawennya dan bidan desa dengan ilmu akademiknya, sebuah perpaduan dan kerjasama dalam menolong sesama.

Namun dijaman seperti sekarang profesi sebagai dukun bayi sudah tidak lagi diminati. Disamping kesadaran akan kesehatan semakin tinggi sehingga lebih memilih tindakan medis ketimbang dengan ramuan tradisional. Sehingga dikhawatirkan lambat laun profesi sebagai dukun bayi akan hilang ditelan jaman. Yang tentu saja dengan tidak adanya generasi yang mau belajar sebagai dukun bayi ada satu proses budaya ruwat bayi yang hilang.

Loading

Peraturan Kepala Desa Melung Tentang Ruwatan dan Sedekah Bumi

Gandeng Tim KKN Unsoed 2015, Desa Melung selenggarakan Penyuluhan Bahaya Narkoba

Melung 16 September 2015Dewasa ini jumlah pecandu narkoba di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) memperlihatkan 4 juta orang tersangkut dalam penyalahgunaan narkoba. Mereka terdiri dari 1,6 juta yang mencoba memakai, 1,4 juta teratur memakai dan 943 ribu orang yang sudah pada level pecandu narkoba. Seperti yang tertulis dalam portal online Liputan6.com (28/4), bahwa saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Artinya bahwa dentang darurat narkoba sudah menyambangi Indonesia.

Berbagai upaya sudah dilakukan guna menanggulangi korban yang semakin banyak berjatuhan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengamanatkan tentang penanganan daruruat narkoba. Dalam undang-undang tersebut dilakukan dengan double track system yaitu penanganan yang humanis terhadap pecandu dan penyalahguna narkoba (dengan melakukan rehabilitasi) dan memberikan hukuman yang berat terhadap para produsen, bandar dan pengedar narkoba (jaringan narkoba).

Begitu juga dengan Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba yang diselenggarakan di Desa Melung, Kecamatan Kedung Banteng (Banyumas) pada hari Senin (24/8). Penyuluhan tersebut terselenggara atas kerja sama antara KKN Tematik Unsoed 2015, Pemerintah Desa Melung dan Kantor Cabang Badan Narkotika Nasional Purbalingga. Awalnya penyuluhan tersebut tidak ada dalam program kerja KKN. Justru penyuluhan tertsebut diminta langsung oleh Kepala Desa Melung secara pribadi kepada tim LPPM Unsoed. Jumlah peserta penyuluhan yang hadir kurang lebih 144 orang. Yang terdiri dari Siswa-siswi SD, SMP dan masyarakat Desa Melung.

Penyuluhan yang dilaksanakan di Aula Widya Mandala di buka oleh Khoerudin, S.Sos selaku Kepala Desa Melung. Rasa syukur dan terima kasih disampaikan kepada Tim KKN Unsoed 2015 yang telah memfasilitasi penyuluhan tersebut. Beliau berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi warga Desa Melung secara umum. Sehingga terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Kemudian dilanjutkan pada acara inti yakni pemberian materi penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba oleh Kuswanto, S.Pd dari BNN Purbalingga.

Penyuluhan berjalan sangat baik, terlihat dari hadirin yang sangat antusias mendengarkan penjelasaan dari penyuluh. Materi yang disampaikan dari mulai jenis-jenis narkoba, dampak dan bahayanya apabila menggunakan narkoba secara terus menerus. Selain itu juga penyuluh menunjukkan gambar-gambar narkoba dan psikotropika. Sehingga memudahkan peserta dalam memahami dan mencerna penyuluhan.

Loading

Peserta Didik PAUD Terpadu Melung Meningkat di Tahun 2015

Peserta Didik PAUD Terpadu Melung Meningkat di Tahun 2015

PAUD Terpadu MelungPendidikan menjadi pelayanan dasar bagi pemerintah untuk mengembangkan dan mengoptimalkan peningkatan sumber daya manusia dan yang lebih penting pendidikan pada masa usia dini dimana masa tumbuh kembang anak sangat pesat dan penyerapan pengetahuan dan interaksi sosial begitu  cepat, sehingga dalam pendidikan usia dini ini harus menjadi perhatian yang serius.

Dalam Tahun Ajaran 2015/2016 ini PAUD Terpadu (TK Pertiwi dan Kelompok Bermain Satria Jaya) menerima siswa yang cukup banyak, untuk TK Pertiwi siswa berjumlah 32 orang sedangkan untuk Kelompok Bermain (KB) sebanyak 27 orang siswa baik dari dalam desa Melung ataupun dari luar desa.  Hal ini cukup menggembirakan karena kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan sudah mulai tumbuh secara perlahan di Desa Melung, dan terbangunnya sistem parenting yang dilakukan berkala oleh para tenaga didik sehingga hubungan antara tenaga pendidik dan orang tua siswa terbangun untuk mensinkronisasikan apa yang didapat di sekolah dan dirumah harus selaras.  Dari jumlah siswa tahun ini belum semua balita usia 3-4 tahun yang ada di Desa Melung dapat bersekolah dengan berbagai alasan keluarga terutama adalah persoalan ekonomi dan belum juga dapat melayani pendidikan secara maksimal warga terutama yang jauh dari jangkau lokasi PAUD Terpadu. Pada sisi lain beban biaya operasional pun akan semakin meningkat, beruntung keswadayaan warga masih tumbuh disamping iuran dari wali murid untuk menambah biaya operasional dan insentif tenaga pendidik walaupun sangat kecil dibanding beban dalam mendidik anak usia dini yang jelas berbeda penanganannya.

Yang membedakan penyelenggaraan PAUD Terpadu Melung dengan PAUD yang lain adalah dalam management pengelolaan dimana PAUD Terpadu ini menyatukan dalam satu management penyelenggaraan antara TK dan Kelompok Bermain. Belum banyak pengelolaan di desa-desa yang melakukan hal yang sama, sehingga terkadang dalam kurikulum yang diajarkan tidak saling terhubung.  Untuk mengurangi persoalan tersebut maka solusi yang dilakukan oleh penyelenggara adalah dengan model terpadu sehingga kurikulum yang diajarkan di PAUD dan TK saling terhubung dan berkelanjutan, tidak mengulang pelajaran yang sama.  Masih ada harapan untuk mendapatkan kucuran dana untuk memberdayakan para pengantar anak melalui kegiatan yang bermanfaat sehingga “anak cerdas ibu terampil” dapat terwujud.

Loading

Membangun Desa Organik di Melung

Membangun Desa Organik di Melung

Kemandirian merupakan kunci kesejahteraan petani, meliputi penguasaan teknologi tepat guna, pengadaan sarana pertanian seperti pupuk dan obat-obatan serta pemasaran.  Bagi petani, bertani secara organik adalah kunci untuk mewujudkan kemandirian yang berarti mencapai kesejahteraan.

Pemikiran inilah yang melandasi munculnya cita-cita untuk membangun Desa Organik.  Dipimpin langsung oleh Kades Melung Budi Satrio, masyarakat digerakkan untuk secara bertahap merubah pola tanam konvensional menjadi organik.

Memang tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan untuk bertani organik.  Hampir semua petani sudah tidak lagi percaya diri bahwa dengan membuat pupuk sendiri, membuat pestisida nabati sendiri akan mampu mendapatkan hasil yang bagus. Selama puluhan tahun, para petani sudah dikondisikan bergantung dengan pupuk dan pestisida kimia yang semua itu butuh modal yang tidak sedikit.

Kegiatan bertani organik dimulai sejak 2004 oleh Kades, istri beserta kerabat sendiri di pekarangan rumah.  Dengan hasil yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur sendiri.

Kemudian datang Subekti, seorang lulusan Biologi UNSOED yang telah mendedikasikan cita-citanya untuk menjadi petani mandiri.  Beberapa tahun kegiatan ini tidak mendapat respon hingga akhirnya secara perlahan pemahaman masyarakat mulai dapat menerima konsep bertani organik.

Pada awal Nopember 2009 lalu, Melung mendapat kucuran program untuk meningkatkan kegiatan pertanian organik ini.  Hanya dengan modal 70 juta rupiah, dibangun sebuah green house di lahan desa dan membuat lahan contoh seluas 2 hektar.

Dengan efisiensi yang sangat ketat karena minimnya dana, pengusahaan kebun sayur organik ini dilaksanakan secara gotong royong oleh anggota Pager Gunung.  Hal yang paling berat adalah aspek pemasaran karena kota terdekat adalah Purwokerto, notabene kota kecil yang belum siap menerima sayur organik karena dianggap lebih mahal.

Dengan memberanikan diri, Pager Gunung meloby manajer RITA, salah satu swalayan terkemuka di Purwokerto agar menerima sayur organik dari Pager Gunung dan diizinkan.  Omset yang tidak menentu dan belum siapnya pasar membuat sayuran seringkali kembali dalam kondisi sudah layu atau membusuk.

Akan tetapi hal tersebut tidak membuat patah arang.  Dengan berbagai upaya sosialisasi di sekitar outlet Pager Gunung tentang perlunya hidup sehat dan mengkonsumsi makanan yang bebas kimia, lambat laun omset semakin naik.  Sayur yang dipajang seringkali habis tak tersisa.

Dalam kurun 6 bulan sejak dipasarkan, Pager Gunung sudah memiliki omzet 200 ribu setiap harinya dan meningkat secara nyata.

Selain memasarkan sayur organik, Pager Gunung juga mulai memprogramkan  wisata pertanian dengan mengundang berbagai pihak terutama sektor Pendidikan Dasar.  Konsep wisata ini selain sebagai refreshing para siswa SD, juga sebagai bagian dari pendidikan lingkungan dan mendidik gaya hidup sehat sedari kecil.  Meski masih terkesan asing, wisatawan sudah mulai sering mengunjungi kebun organik Pager Gunung.

Ujian tidak berhenti sampai disitu.  Menjelang lebaran tahun 2010, angin puting beliung melanda sebagian lereng selatan Gunung Slamet dan memporakporandakan Green House yang sudah terbangun dengan jerih payah masyarakat.  Kerugian hampir 5 juta karena atap green house hanya terbuat dari lembaran plastik yang mudah robek terkena beliung.

Selain kerusakan green house, banyak sayuran yang mati lanas akibat curah hujan yang sangat tinggi.
Akan tetapi itupun tidak menyurutkan langkah untuk tetap berpegang pada cita-cita membangun desa organik.

Dengan gotong royong pula, kerusakan dibenahi dan penanaman kebun sayur organik dimulai lagi dari awal.
Saat ini, meskipun sisa dari kerusakan tersebut belum terbenahi seluruhnya, kebun sayur sudah kembali beroperasi dengan lancar.  Bahkan, masyarakat Melung sudah mulai memanfaatkan pekarangan masing-masing untuk bertanam sayur untuk menutup kuota yang masih belum mampu dipenuhi dari kebun Pager Gunung.

Harapan semua masyarakat, dengan meningkatnya produksi sayur organik Desa Melung, semakin meningkat pula kesadaran masyarakat untuk bertani secara mandiri dan terbebas dari ketergantungan pupuk dan obat-obatan kimia.

Harga yang masih di atas sayur berpestisida, sebenarnya lebih merupakan penghargaan atas upaya penyelamatan lingkungan hidup dan upaya menyehatkan masyarakat.  Kesemuanya itu tidak seimbang jika dibandingkan dengan biaya pengobatan yang muncul akibat tumpukan residu kimia dalam jaringan tubuh sehingga berbagai penyakit seperti kanker mudah menjangkit.

Semoga impian masyarakat Desa Melung untuk menjadi petani mandiri akan segera terwujud.  Peran berbagai pihak terutama masyarakat konsumen sayur organik sangat kami butuhkan.

Mari secara gotong royong mewujudkan kesejahteraan petani sekaligus mewujudkan masyarakat yang sehat, terbebas dari racun pestisida

Loading

Peraturan Kepala Desa Melung Tentang Ruwatan dan Sedekah Bumi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Melung Tahun 2015

Melung 8 September 2015, Pemerintah desa sebagai pelaksana pembangunan kemasyarakatan dan pemerintahan yang mengelola uang yang bersumber baik dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten ataupun yang bersumber dari pendapatan asli desa wajib menginformasikan struktur keuangan yang akan dijalankan selama satu tahun sehingga memberikan rasa kepercayaan warga desa bahkan kepada pemerintah bahwa pengelelolaan keuangan desa dilakukan secara trasnparan dan akuntable.  Hal ini sejalan dengan Undang-undang Desa Nomor 6 Tahun 2104 penerepan keuangan efesien dan efektif serta diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat juga mengentaskan kemiskinan. Langkah-langkah Pemerintah Desa yang dilakukan adalah melalui musyawarah dengan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan beberapa tokoh masyarakat untuk menghasilkan APBDes perubahan tahun 2015 agar dapat disetujui dan setelah disetujui maka APBDes perubahan ini segera diundangkan, sehingga semester kedua tahun anggaran berjalan dapat segera dilaksanakan sesuai dengan perencanaan desa. Adapun sumber-sumber pendapatan dalam perkiraan anggaran pendapatan dan belanja desa secara umum adalah sebagai berikut :

(1) Pendapatan Asi Desa (PAD) sebesar Rp. 69.738.551,- (2) Dana Desa (DD) sebesar Rp. 289.872.500,-  (3)  Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp. 513.564.900,- (4) Hasil Pajak/Retribusi Daerah Sebesar Rp. 43.697.600,-  (5) Bantuan Provinsi sebesar Rp. 50.000.000,-  (6) Lain-Lain Pendapatan sebesar Rp. 245.080.149,- Informasi selengkapnya ada di bawah ini.

 

Loading

Kemarau dan Bayang-Bayang Kekeringan

Kemarau dan Bayang-Bayang Kekeringan

Lahan persawahan Desa MelungMelung 3 September 2015. Sudah bulan September, namun hujan belum juga turun. Kegelisahan mulai dirasakan, debu mudah mengepul beterbangan terbawa angin. Jangankan untuk mengaliri sawah dan menyiram tanaman untuk kebutuhan sehari-hari saja air semakin sulit didapat. Sedih memang melihat benih yang terlanjur disemai semakin lama semakin berwarna kuning untuk kemudian mati akibat kekeringan.

Saluran air yang biasanya cukup untuk mengaliri sawah kini telah kering, hanya menyisakan lubang-lubang tempat kepiting bersemayam. Sumber air yang masih tersisa pada akhirnya diperuntukan untuk keperluan sehari-hari. Sebuah pengambilan keputusan yang memaksa para petani untuk tidak bercocok tanam. Karena dengan sumber yang sama biasanya petani memanfaatkan sumber tersebut untuk mengaliri lahan pertanian mereka.

Menanam palawija menjadi pilihan dalam bercocok tanam, sambil menunggu musim penghujan datang. Tetapi lagi-lagi para petani merasa kecewa karena bibit jagung yang mereka tanampun tidak tumbuh. Yah kemarau hampir 4 (empat) bulan ini tidak memberikan pilihan. Debu yang semakin tebal tidak memungkinkan juga untuk menanam palawija.Kondisi sungai saat kemarau

Kemarau yang cukup panjang ini juga dirasakan para peternak di Desa Melung. Saat kemarau seperti sekarang ini banyak rumput yang mati akibat kekeringan. Kalaupun ada rumput yang masih tersisa kebanyakan tempatnya sudah sangat jauh di dalam hutan. Sehingga untuk mendapatkan satu pikul rumput para peternak menghabiskan waktu minimal 3 (tiga) jam, yang biasanya jika di musim penghujan bisa dilakukan dalam satu jam. Itupun terkadang rumput sudah bercampur dengan debu, sehingga rumput harus dicuci terlebih dahulu. Kegelisahan dan kecemasan membayangkan jika kemarau berlangsung beberapa bulan ke depan.

Akibat kemarau juga kerap menjadi malapetaka yang di akibatkan oleh kelalaian manusia. Kebakaran di lereng Gunung Slamet baru-baru ini menjadikan pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memperlakukan alam (lingkungan). Seperti disampaikan Kepala Kepolisian Sektor Kedungbanteng (Kapolsek) AKP. Sambas BW, SH dalam kunjungannya ke Desa Melung. Secara langsung Kapolsek Kedungbanteng menyampaikan ke Pemerintah Desa Melung agar menghimbau ke masyarakat agar selalu waspada terhadap gejala kebakaran hutan dan sedini mungkin mengantisipasi agar tidak terjadi lagi kebakaran hutan. 

Loading