+1 234 567 8

pemdes@melung.desa.id

Permohonan Online

Anda dapat mengajukan secara permohonan online

Produk Warga

Jelajahi produk lokal buatan dari para warga kami untuk Anda

Lapor/Aduan/Saran

Anda dapat melaporkan aduan dan memberi saran maupun kritik

Lahan persawahan Desa MelungMelung 3 September 2015. Sudah bulan September, namun hujan belum juga turun. Kegelisahan mulai dirasakan, debu mudah mengepul beterbangan terbawa angin. Jangankan untuk mengaliri sawah dan menyiram tanaman untuk kebutuhan sehari-hari saja air semakin sulit didapat. Sedih memang melihat benih yang terlanjur disemai semakin lama semakin berwarna kuning untuk kemudian mati akibat kekeringan.

Saluran air yang biasanya cukup untuk mengaliri sawah kini telah kering, hanya menyisakan lubang-lubang tempat kepiting bersemayam. Sumber air yang masih tersisa pada akhirnya diperuntukan untuk keperluan sehari-hari. Sebuah pengambilan keputusan yang memaksa para petani untuk tidak bercocok tanam. Karena dengan sumber yang sama biasanya petani memanfaatkan sumber tersebut untuk mengaliri lahan pertanian mereka.

Menanam palawija menjadi pilihan dalam bercocok tanam, sambil menunggu musim penghujan datang. Tetapi lagi-lagi para petani merasa kecewa karena bibit jagung yang mereka tanampun tidak tumbuh. Yah kemarau hampir 4 (empat) bulan ini tidak memberikan pilihan. Debu yang semakin tebal tidak memungkinkan juga untuk menanam palawija.Kondisi sungai saat kemarau

Kemarau yang cukup panjang ini juga dirasakan para peternak di Desa Melung. Saat kemarau seperti sekarang ini banyak rumput yang mati akibat kekeringan. Kalaupun ada rumput yang masih tersisa kebanyakan tempatnya sudah sangat jauh di dalam hutan. Sehingga untuk mendapatkan satu pikul rumput para peternak menghabiskan waktu minimal 3 (tiga) jam, yang biasanya jika di musim penghujan bisa dilakukan dalam satu jam. Itupun terkadang rumput sudah bercampur dengan debu, sehingga rumput harus dicuci terlebih dahulu. Kegelisahan dan kecemasan membayangkan jika kemarau berlangsung beberapa bulan ke depan.

Akibat kemarau juga kerap menjadi malapetaka yang di akibatkan oleh kelalaian manusia. Kebakaran di lereng Gunung Slamet baru-baru ini menjadikan pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memperlakukan alam (lingkungan). Seperti disampaikan Kepala Kepolisian Sektor Kedungbanteng (Kapolsek) AKP. Sambas BW, SH dalam kunjungannya ke Desa Melung. Secara langsung Kapolsek Kedungbanteng menyampaikan ke Pemerintah Desa Melung agar menghimbau ke masyarakat agar selalu waspada terhadap gejala kebakaran hutan dan sedini mungkin mengantisipasi agar tidak terjadi lagi kebakaran hutan. 

Loading

Bagikan Berita