Selepas berpetualang di Desa Karangnangka, tim kami kemudian melanjutkan perjalanan ke desa Melung. Hawa dingin menyambut tatkala kami memasuki wilayah Desa Melung. Kami disambut oleh Kepala Desa Melung (Khoerudin), dan salah satu penggerak Gerakan Desa Membangun (GDM), Agung Budi Satrio di Balai Desa Melung. Kedatangan kami disambut dengan berbagai pertanyaan tentang kegiatan kami di desa Melung dan penelitian kami. Dengan senang hati kemudian kami menceritakan keinginan kami untuk melihat secara langsung Desa Melung setelah selama ini hanya melihat melalui portal Desa.
Esok paginya, kami bersama Kang Margino berjalan keliling desa dan melintasi ibu-ibu petani di sawah yang menyapa kami dengan ramah. Satu hal yang sulit didapatkan di kota yang penuh dengan muka murung dan amarah. Tanaman tumbuh dengan subur dan memiliki warna yang cerah. Semua rasa sedih dan stres akan hilang jika ada di desa Melung.
Keberadaan kami di desa Melung bukan hanya sekadar bersenang-senang, namun lebih kepada upaya untuk mengamati secara langsung desa yang selama ini hanya tim dan saya pahami melalui portal. Upaya ini sebagai tolok ukur bagi tulisan di portal dalam menggambarkan keadaan desa. Bukan untuk menilai tulisan sudah baik atau belum tetapi lebih kepada memberi masukan atas tulisan-tulisan tersebut.
Menurut saya, tulisan-tulisan di portal sangatlah hidup dan sesuai dengan keadaan desa. Saya merasa seperti pulang ke kampung halaman karena seperti sudah mengenal desa Melung sejak lama. Meskipun tentu saja, tidak semua hal yang ada pada tulisan dapat kami kunjungi seluruhnya. Hal ini mengingat waktu yang kami miliki begitu singkat.
Beberapa pelajaran penting tentang arti sebuah usaha saya dapatkan di desa ini. Selama saya mengambil data di portal desa Melung, desa ini begitu aktif dalam memberikan berita terkait dengan desa dan mampu memberikan sumbangsih pada pembentukan kebijakan agar mampu menyampaikan aspirasi masyarakat desa. Jika semakin digiatkan, bukan tidak mungkin Melung akan menjadi salah satu sumber informasi utama bagi pemerintah untuk memahami masalah yang ada di desa.
Desa bisa membuktikan pada saya, meskipun dengan gempuran stigma negatif, desa mampu menunjukkan kemampuannya untuk bertindak mandiri. Terima kasih untuk perjalanan yang sangat menyenangkan dan mengubah pola pikir saya untuk tetap optimis dan berupaya demi kebaikan orang banyak bukan demi diri sendiri saja.
Tantangan bagi kami, sebagai akademisi, adalah untuk mendorong dan memberikan sumbangsih dalam upaya yang telah dilakukan oleh perangkat desa, masyarakat desa, dan GDM. Salah satu upaya tersebut mudah-mudahan dapat terwujud melalui penelitian kami.
Ditulis oleh : Rani Eva Dewi, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada
1,161 total views, 6 views today