Setelah mencangkul disawah, Yasmireja (70) kemudian istirahat sejenak. Lelaki tua yang memiliki enam orang anak ini kemudian mulai menganyam bambu untuk dijadikan kosong atau dalam bahasa daerahnya dikenal dengan sebutan wuwu. Kosong adalah anyaman dari bambu yang biasa dipergunakan untuk menyaring air pada kolam ikan.
Walaupun usia yang sudah cukup senja, namun tak membuat Yasmireja bermalas-malasan. Ketrampilan dan kecekatannya dalam menganyam bambu bisa diadu dengan yang masih muda, ini terbukti hanya dalam waktu kurang dari seperempat jam satu buah anyaman kosong telah diselesaikannya. Dalam sehari Yasmireja mampu menyelesaikan 10 hingga 15 anyaman kosong, tentunya ini sangat bergantung dengan bahan yang ada.
Dari sebatang bambu yang dibelinya seharga Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) Yasmireja bisa membuat anyaman kosong sebanyak 8 (delapan) buah, yang setiap satunya dihargai Rp. 1.500,- (seribu lima ratus). Makanya tak heran kalau pekerjaan membuat anyaman bambu dilakukan sebagai pekerjaan sambilan setelah bekerja disawah atau ladang.
Bukan saja anyaman kosong Yasmireja juga membuat songgo (tempat ikan gurame bertelur), berbeda dengan anyaman kosong songgo sedikit lebih besar dengan harga jual sekitar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah). Harga-harga tersebut diatas adalah harga ditingkat pengempul yang ada di dusun Salarendeng, Desa Melung.
Selain Yasmireja juga masih ada sekitar lima orang yang kerap membuat anyaman kosong maupun songgo, yang semuanya menitipkan barang buatannya kepada sang pengepul. Setelah barang terkumpul cukup banyak kemudian sang pengepullah yang menjual barang-barang tersebut ke pasar. ”Biasanya kalaupun belum ada barang sang pengepul akan memberikan uang untuk membeli bahan (bambu), dan hitungannya dilakukan setelah setor anyaman kosong”, pengakuan Yasmireja ketika ditanya modal usahanya.
742 total views, 3 views today