Pemerintah Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas mengadakan kegiatan pelatihan membuat bunga dari limbah plastik (sampah non organik) yang dihadiri oleh ibu-ibu PKK Desa Melung dan narasumber dari Desa Melung yaitu Kamsiti (25).
Sambutan Kepala Desa Melung
“Kegiatan ini merupakan rencana kegiatan pemerintah desa Melung dalam upaya peningkatan ketrampilan masyarakat dan pengetahuan kapasitas masyarakat, yaitu dengan melibatkn ibu-ibu pkk melalui penanganan limbah sampah non organik menjadi bunga. Di PKK nantinya kami sangat berharap bisa ditularkan kepada saudara-saudaranya dan bisa menjadi peluang usaha untuk masyarakat”, sambut Khoerudin, S.Sos selaku Kepala Desa Melung.
Praktek Pembuatan Bunga
Bahan dan alat yang digunakan sangatlah mudah yaitu kantong kresek, gunting, kawat (sebagai tangkai), tape warna hijau (gunanya untuk menutup kawat), benang sari, double tape, benang, tisu, pot (gelas plastik bekas).
Semuanya mudah dicari sehingga masyarakat bisa mempraktekannya.
Melung 15 Januari 2016, Pemerintah Desa Desa Melung melalui workshop sehari memberikan pengetahuan dasar kepada masyarakat Desa Melung. Pengetahuan tentang jenis-jenis raptor dan jenis primata serta status konservasi satwa yang menghuni di kawasan DEsa Melung.
Diharapkan setelah memahami keterlibatan masyarakat dalam menjaga dan memberikan keamanan kepada satwa-satwa yang berstatus dilindungi akan lebih meluas.
Dalam workshop dengan tema “Pelibatan Masyarakat Dalam Perlindungan Keanekaragaman Hayati” diikuti oleh berbagai unsur masyarakat. Disamping juga hadir dari Kepolisian serta dari unsur (Terntara Nasional Indonesia) TNI.Diakhir acara seluruh peserta yang hadir membuat kesepakatan bersama yang kemudian di tandatangani oleh perwakilan dari masing-masing unsur. Berikut point-point yang menjadi kesepakatan bersama.
Poin-poin kesepakatan
Keanekaragaman hayati baik yang dilindungi maupun yang belum dilindungi merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan.
Setiap mahluk hidup memiliki manfaat bagi ekosistem yang dibutuhkan untuk menunjang pembangunan desa yang berkelanjutan, baik secara ekonomi, sosial budya maupun kebencanaan.
Perlindungan keanekaragaman hayati di Desa Melung sangat penting untuk segera dicanangkan mengingat Desa Melung memiliki bentang alam yang sangat bernilai tinggi bagi konservasi.
Perlindungan keanekaragaman hayati di Desa Melung dimaksudkan untuk menjamin kelestarian mahluk hidup, demi mendukung kehidupan ekonomi berbasis pertanian dan kehutanan, serta keberlangsungan sumber daya alam lainnya seperti ketercukupan air bagi kawasan yang yang terhubung dengan daerah aliran sungai (DAS) di Desa Melung.
Para pihak akan mendukung perlindungan keanekaragaman hayati di Desa Melung melalui peran yang disesuaikan dengan kapasitas masing-masing pihak.
Kegiatan penelitian keanekaragaman hayati di Desa Melung serta manfaatnya bagi masyarakat,baik secara langsung maupun tidak langsung akan diupayakan secara terus menerus dengan dukungan para pihak.
Mengantisipasi maraknya perburuan, Masyarakat dan Pemerintah Desa Melung akan bekerjasama dengan Kepolisian dan TNI dalam hal pembinaan dan penegakan hukum.
Hari ini Jum’at (4/12) mantan perangkat Desa Melung Hadi Sukarto meninggal dunia. Meninggalnya mantan pernagkat Desa Melung ini cukup mengejutkan warga sekitar. Rasa terkejut itu disebabkan karena sebelumnya beliau dalam kondisi sehat. Bahkan malam sebelumnya sempat bertamu ke rumah salah satu tetangganya. Lelaki dengan perawakan tinggi besar penuh dengan kewibawaan semasa hidupnya, wafat di usianya yang ke 70.
Hadi Sukarto mengabdikan diri sebagai perangkat desa di mulai pada tahun 1969 sebagai kebayan. Sebuah jabatan yang kalau saat ini mungkin seperti kepala dusun (kadus). Tugas kebayan antara lain adalah merencanakan pembangunan sekaligus memberitahukan atau memerintah kepada masyarakat untuk melakukan kerja gotong royong. Begitu juga ketika ada kumpulan selapanan hari, kebayan bertugas memberitahukan masyarakat dari rumah ke rumah. Seperti di kisahkan oleh Sumarjo (89) mengenai tugas kebayan.
Kebayan bukan satu-satunya jabatan yang pernah di jabat oleh Hadi Sukarto, Staf Urusan Umum dan Staf Keuangan juga pernah dijabatnya bahkan diakhir masa jabatannya kedua urusan tersebut di embannya sebelum pensiun.
Hadi Sukarto diberhentikan dengan hormat dari staf keuangan dan staf umum berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa Melung Nomor : 141/9/2005. Usai tidak lagi menjabat sebagai perangkat desa, Hadi Sukarto menghabiskan waktunya untuk bertani. Hadi Sukarto dimakamkan dipemakaman umum Desa Melung.
Melung 28 November 2015, Reuni selain sebagai sarana bertemunya teman lama juga menemukan kegembiraan bersama. Mengingat keusilan dan kenakalan saat masih bersekolah, tentu akan sangat menarik untuk dibahas. Yang pada akhirnya akan membawa suasana yang gembira penuh dengan canda tawa.
Hal serupa juga dilakukan para alumni SMA Negeri 1 Purwokerto angkatan 1985 pada hari ini Sabtu (28/11) yang mengadakan reuni di Desa Melung. “Setiap tahun kami selalu mengadakan reuni, namun baru kali ini kami berkegiatan di desa. Biasanya kami selalu bertemu disebuah hotel” Seperti dituturkan oleh Edi Hartanto salah satu peserta reuni. Kenapa desa yang kami pilih sebagai tempat reuni, disamping kami bisa bergembira bisa bertemu dengan teman-teman, setidaknya kami juga bisa berbagi kegembiraan dengan warga desa imbuhnya.
Disamping reuni sebagai bungkus kegiatan SMA Negri 1 Purwokerto juga mengadakan kegiatan bakhti sosial di lapangan Desa Melung. Pembagian sembilan bahan pokok (sembako), pengobatan gratis, pembagian baju, donor darah dan juga bedah rumah.
Untuk kegiatan bedah rumah sudah selesai di pugar 2 (dua) minggu sebelumnya. Rumah Karso warga RT 01/04 Salarendeng dan Kasini RT 01/03 Melung. Pemugaran rumah yang dilakukan 2 minggu sebelumnya kerana kerusakaan pada bagian kerangka atapnya. Dengan dibantu oleh warga akhirnya rehab kedua rumah tersebut dapat diselesaikan sesuai tepat waktu.
Untuk memeriahkan acara juga di hibur pementasan organ tunggal. Dipenghujung acara di isi dengan nyanyi dan joged bareng sesama alumni SMA N 1 Purwokerto.
Melung 17 November 2015, Masyarakat di daerah Purwokerto khususnya biasa menyebut alat ini dengan sebutan gilesan, alat tradisional yang berfungsi sebagai papan menggilas pakaian saat mencuci. Alat ini berupa papan kayu berukuran 40 x 60 cm dengan ketebalan kurang lebih 5 cm. Pada masanya hampir disetiap rumah memiliki papan tersebut, khususnya di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng.
Keberadaan alat tradisional tersebut kini telah tergantikan dengan alat yang lebih canggih yang bernama mesin cuci. Gilesan sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan baik oleh pemakai maupun oleh pembuatnya. Apalagi bahan dasar yang semakin susah didapat. Untuk dapat menghasilkan gilesan dengan ukuran tersebut diatas minimal harus menggunakan kayu dengan diameter 1.5 meter. Serta tidak sembarang kayu bisa digunakan sebagai bahan dasar dalam membuat gilesan, keterbatasan bahan dasar dan persaingan alat produksi yang menjadi alasan berkurangnya pengrajin gilesan.
Berbeda dengan Nurudin (49) salah satu warga grumbul Depok, Desa Melung yang tetap bertahan dalam pembuatan papan penggilasan. Untuk memenuhi kebutuhan bahan dasar Nurrudin membeli pohon yang kayunya keras seperti petai, jengkol dan senggon. Setelah ditebang potongan kayu tersebut di gergaji menggunakan mesin pembelah kayu untuk dijadikan papan. Setelah jadi papan baru kemudian dibentuk bergelombang dan bergerigi tempat menggilas pakaian.
Dalam sehari Nurrudin mampu membuat 10 (sepuluh) buah papan penggilasan, dengan harga persatunya sebesar Rp. 25.000,- ditingkat pengepul. Kalau diecerkan paling murah dijual dengan harga Rp. 30.000,- .
Dalam memasarkan Nurrudin biasanya membawa sendiri hasil produksinya ke pasar-pasar yang ada di Purwokerto seperti Pasar Ajibarang dan Pasar Wage. Untuk setiap pengiriman Nurrudin harus membawa sedikitnya 200 buah agar bisa menutup ongkos mobil. Sesampai dipasarpun sebenarnya hasil produksi Nurrudin sudah dinantikan oleh pengepul. Hal itu karena memang penggilasan yang dibuat Nurrudin terkenal rapi dan halus. Ini juga menjadi salah satu alasan Nurrudin tetap bertahan menjadi pembuat papan penggilasan disamping memang sebenarnya secara prospek masih sangat bagus.
Sebuah aturan untuk mengatur tentang swadaya dan sumbangan dalam kegiatan ruwatan dan sedekah bumi di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan nilai-nilai budaya tradisional serta menumbuhkan gotong royong masyarakat Desa Melung pada khusunya.
Melung 18 Agustus 2015, tanaman kelapa merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, mulai dari ujung daun sampai ujung akarnya dapat dimanfaatkan. Tanaman kelapa ini dapat menghasilkan nira yang akan dijadikan gula yang sering disebut gula merah cetak. Melung merupakan salah satu desa yang berpotensial memproduksi gula merah cetak.
Gula merah cetak merupakan salah satu mata pencaharian warga Melung khususnya warga RW 04 Salarendeng, Melung. Salah satu warga yang memproduksi gula merah cetak yaitu Bapak Daryanto RT 02/04 Salarendeng, Melung. Meskipun sudah berusia lanjut, Bapak Daryanto masih dapat menderes dan memproduksi gula merah cetak untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Dalam sehari, Bapak Daryanto dapat memproduksi gula merah cetak sebanyak 8 kg. Biasanya Bapak Daryanto menjual gula merah cetak ini, dengan harga Rp 9.500/kg.
Sebenarnya, gula merah cetak ini masih dapat dilakukan pengolahan yang lebih lanjut lagi yang akan menghasilkan harga yang cukup tinggi yaitu gula kristal. Dengan harga yang tinggi, maka penghasilan petani gula merah cetak akan meningkat. Gula kristal merupakan gula merah cetak versi bubuk. Gula kristal ini juga sering disebut gula semut. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yg bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula kristal adalah nira dari pohon kelapa sama halnya dalam pembuatan gula merah cetak.
Harga pasar gula kristal lebih tinggi dibandingkan gula cetak, yaitu dipasarkan dengan harga Rp 12.000/kg. Namun di Desa Melung belum ada yang memproduksi gula kristal. Dalam upaya membantu meningkatkan penghasilan petani gula kelapa, tim KKN PPM Pertanian Terpadu UNSOED melakukan demonstrasi pembuatan gula kristal. Tim tersebut telah melakukan demonstrasi di beberapa rumah penderes yaitu di Rumah Bapak Daryanto RT 02/04 dan Rumah Bapak Sis RT 03/04. Pembuatan gula kristal membutuhkan tingkat kerajinan yang tinggi dibandingkan dengan pembuatan gula merah cetak. Pembuatan gula kristal harus melalui tahapan penggerusan atau penghalusan, pengayakan, dan penjemuran. Dengan adanya demonstrasi pembuatan gula kristal yang telah dilakukan tim KKN PPM Pertanian Terpadu UNSOED, diharapkan petani gula kelapa dapat memproduksi gula kristal guna meningkatkan penghasilan.
Sabtu, 29 Agustus 2015. Diskusi berbagi pengalaman antar Desa Melung dan Desa Candinata Kabupaten Banyumas mengenai potensi yang dimiliki merupakan salah satu upaya untuk membangun desa. Desa Melung yang terkenal sebagai “Desa Id atau Desa Internet” dengan berbagai komoditas membagikan pengalaman mengenai tahapan menjaadikan desa yang berbasis internet kepada pihak perangkat desa Candinata. Perangkat Desa Melung menjelaskan pula kondisi awal sebelum adanya internet dan pasca desa internet. Kemajuan pesat diberbagai sektor sangat terbantu dengan adanya internet di desa Melung. Selain itu, teknologi berbasis komputer juga sangat membatu perangkat desa dalam pengolahan data sehingga kinerja perangkat desa lebih maksimal. Manfaat lain dari desa berbasis internet yaitu dapat mempromosikan komoditas yang ada di desa. Kemudian dengan teknologi internet masyarakat juga dapat lebih bebas memperoleh informasi lebih luas dari dunia luar.
Desa Melung yang sedang menggali potensi penderes gula dengan dibantu Tim KKN Pertanian Terpadu Unsoed telah berhasil mendirikan kelompok penderes dengan nama “Suko Maju”. Kelompok yang masih baru tentu saja membutuhkan informasi lebih dari berbagai sumber, salah satunya yaitu pemaparan mengenai kelompok penderes di Desa Candinata. Diskusi hangat ini tentu saja menjadi pintu emas bagi kedua desa saling bertukar informasi demi membangun desa yang mandiri dengan komoditas dan karakter masing-masing.
Acara diskusi berlangsung sangat interaktif dengan ditambah pemaparan materi dari desa Candinata mengenai potensi “Penderes Gula” yang ada. Desa Candinata yang terkenal sebagai produsen gula kelapa membagikan informasi mengenai perkembangan penderes dan kondisi umum mereka. Kemudian dijelaskan pula pentingnya Kelompok Usaha Bersama (KUB) bagi penderes agar dapat lebih maju. Adanya KUB sangat membatu penderes, hal ini dikarenakan KUB sebagai lembaga legal dapat menjadi fasilitatir dan memberikan pembinaan terhadap penderes sehingga menunjang kesejahteraan penderes dari sisi ekonomi dan sosial. KUB juga berperan aktif dalam proses pemasaran, pemantauan dan perkembangan penderes.
Berbagi informasi dan saling membuka jaringan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan dan memajukan potensi desa yang ada. Semoga dengan adanya diskusi ini dapat memberikan motivasi tersendiri bagi pihak desa untuk mencapai tujuan desa.