Kekhawatiran Warga Terhadap PLTP Baturaden – MelungDesa Melung | Kab. Kab. Banyumas Kekhawatiran Warga Terhadap PLTP Baturaden – Melung

+1 234 567 8

pemdes@melung.desa.id

Permohonan Online

Anda dapat mengajukan secara permohonan online

Produk Warga

Jelajahi produk lokal buatan dari para warga kami untuk Anda

Lapor/Aduan/Saran

Anda dapat melaporkan aduan dan memberi saran maupun kritik

DSC02601Melung 6 September 2012, Keberadaan pembangunan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) yang di bangun di Wilayah Gunung Slamet Baturaden, ternyata menjadi perbincangan sekaligus menimbulkan kekhawatiran bagi warga masyarakat. Umumnya karena memang masyarakat melihat adanya dampak dari pengeboran yang ada di Porong Sidoarjo.

Menurut pendapat Hartono (59) yang merupakan Ketua RT di wilayah Desa Melung, “bahwa dengan adanya pembangunan PLTP di Baturaden saya kurang setuju, karena kalau kita melihat akibat dari semburan lumpur yang berada di Sidoarjo yang berada ditempat yang datar begitu parah, apalagi ini tempatnya berada diatas, yang sementara banyak pemukiman warga di bawahnya. Kalau nanti longsor apa ora dadi ndep-ndep pengamun-amun”

Dampak eksplorasi panas bumi di Baturraden akan paling dirasakan oleh warga yang tinggal di sekitar hutan. Warga sekitar hutan bergantung hidup pada sumber mata air dan produk non hutan yang mungkin rusak akibat proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Masih menurut Hartono “Akan tetapi walaupun masyarakat menolak keras sekalipun kalau Pemerintah sudah memutuskan dan menyetujui rencana pembanguan PLTP, kita bisa apa paling bisanya pasrah sambil bedo`a mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Seperti adanya kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) walau mahasiswa sudah melakukan demo penolakan kenaikan sekalipun toh BBM tetap naik”. Sebagai masyarakat kecil saya paling bisanya nunut dengan peraturan atau kebijakan pemerintah yang mudah-mudahan dapat mensejahterakan masyarakatnya.

Lebih lanjut Hartono menuturkan “Seperti kasus lumpur lapindo, yang merasakan dampaknya adalah masyarakat sekitar, kalau yang menentukan kebijakan si tidak merasakan apa yang dialami oleh masyarakat, paling sekedar mengganti rugi kalau mau. Walaupun saya juga tidak mengalami secara langsung derita masyarakat yang terkena dampak lumpur lapindo, tapi saya kan juga selalu mengikuti perkembangan berita melalui berita di televisi”.

Loading

Bagikan Berita