Babi hutanBabi hutan atau biasa masyarakat Desa Melung menyebutnya sebagai celeng adalah hama yang cukup meresahkan. Bagaimana tidak, tanaman y;ang ditanam para petani seperti kacang, singkong, tunas kelapa dan yang lainnya selalu dirusak, sehingga para petani ladang yang mengandalkan hasil dari bertanam tersebut selalu mengalami kerugian dikarenakan tidak panen. Persoalan tersebut disampaikan Pujowikarto (64) warga RT 05 RW 03 dalam forum musyawarah Selapanan tanggal 12 Agustus 2012 yang berlangsung sehabis sholat tarawih di aula pertemuan Desa Melung.  Bahkan tanaman Aren yang ditanam dikawasan Perum Perhutani sebagai langkah penyelamtan lingkungan untuk ketersediaan air tidak luput dari serangan hama babi hutan, tanaman aren tersebut yang ditaman dalam rangka kegiatan “Menanam Untuk Masa Depan” banyak yang dimakan oleh babi hutan.

“Para petani utara jalan yang berbatasan dengan hutan  tanamannya sering tidak panen karena hama celeng”, katanya.” Tanaman apa saja dirusak, sehingga kita tidak mendapatkan hasil yang kita tanam. Apa saja dirusak dan dimakan. Hanya gadung dan lombok yang tidak dimakan, tapi sama juga karena meski tidak dimakan tanamannya rusak,” lanjutnya.

Meski kadang ada upaya oleh para pemburu tapi upaya inipun tidak maksimal karena kenyataannya babi hutan terus saja melakukak perusakan. Keluhan Pujowikarto dan petani lainnya layak kita apresiasi karena tidak saja mengganggu lingkungan juga secara ekonomis merupakan penghalang kesejahteraan masyarakat. Gerombolan babi hutan pada sekarang ini intensitasnya untuk masuk kawasan lahan penduduk  sudah mulai meningkat, dahulu babi hutan masuk ke lahan penduduk hanya 1 bulan atau 2 bulan sekali.  Ini isyarat sumber makanan di dalam kawasan hutan untuk kawanan babi sudah tidak mencukupi,  hal tersebut dirasakan saat adanya penebangan pohon damar di lahan Perhutani.

 1,193 total views,  3 views today

Bagikan Berita