Banyak peristiwa desa yang luput dari sorotan media arus utama. Keterbatasan media arus utama tak cukup untuk merekam peristiwa, kejadian atau berita yang ada di desa-desa. Media arus utama seperti koran dan televisi cenderung merekam berita-berita puncak, seperti skandal kasus korupsi, gonjang ganjing panggung politik bahkan pernikahan selebritas.
Denyut peristiwa sehari-hari yang bersinggungan langsung dengan kehidupan di desa kerap luput dari sorotan media. Pada titik inilah kita (jurnalis warga) bisa mengambil peran untuk menyuarakan apa yang sedang terjadi. Mengabarkan kondisi desa masing-masing baik berupa kejadian, peristiwa maupun potensi yang ada melalui website atau portal desa.
Pada umumnya berbicara akan lebih gampang untuk menggambarkan atau menyampaikan kejadian ketimbang menuliskannya. Karena biasanya dalam penyampaian sebuah informasi dalam penulisan di perlukan beberapa unsur. Salah satu unsur dalam sebuah penulisan berita adalah adanya unsur 5 W + 1 H.
Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, dan bisa disajikan dalam bentuk suara, teks dan gambar. Sesuatu menjadi berita saat dianggap penting, karena berpengaruh pada kehidupan orang banyak.
Cara sederhana dalam menulis berita, dengan menggunakan unsur 5 W + 1 H.
What = Apa? Biasanya berisikan tentang atau kejadian yang sedang berlangsung, seperti misalnya bencana alam, kecelakaan, hama tanaman, sarana dan prasarana masyarakat, pertumbuhan ekonomi, bantuan langsung tunai, kebijakan pemerintah, sosial masyarakat dan lain-lain.
Where = Dimana? Tempat kejadian atau peristiwa biasanya menunjukan nama tempat kejadian.
When = Kapan? Berkaitan dengan waktu dalam peristiwa atau kejadian.
Who = Siapa? Yang terlibat dalam berita atau kejadian tersebut, jangan lupa untuk mencantumkan identitas atau keterangan lainnya.
Why = kenapa? Sebab musabab kejadian atau peristiwa tersebut
How = Bagaimana? Menjelaskan proses atau rangkaian peristiwa maupun kejadian tersebut.
Disamping terpenuhinya unsur-unsur diatas juga perlu di perhatikan penggunaan huruf sesuai dengan tata bahasa yang benar. Seperti misal untuk penggunaan huruf besar untuk nama orang, nama tempat dan lain sebagainya.
Dalam penyebutan nama orang tidak menggunakan bapak atau ibu, karena kita tidak tahu apakah pembaca usianya lebih tua atau lebih muda dari tokoh tersebut.
Dan yang perlu diperhatikan dalam penulisan adalah menghindari adanya singkatan-singkatan. Kalaupun terpaksa menggunakan singkatan minimal harus ada kepanjangannya. Karena jika dibiarkan dengan singkatan-singkatan lama kelamaan akan mengurangi perbendaharaan kata. Seperti kata “sinetron” adalah sebenarnya kepanjangan dari sinema elektronik, akan tetapi karena tidak ada penjelasan yang dilakukan lama-kelamaan sinetron akan menjadi kata baku bukan lagi singkatan.
1,356 total views, 4 views today
Unsur 5W 1 H Noted