Jika berjalan dari Kaliputra menuju gerumbul Depok kita akan melewati pada areal persawahan yang indah, sebelah kanan akan terlihat Gunung Cendana dan dibaliknya akan terlihat Gunung Slamet menjulang tinggi, dan apabila kita menengok kesebelah kiri akan disuguhkan keindahan lain berupa bukit atau Gunung Agaran yang merupakan sebuh bukit yang terletak di wilayah Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Lokasinya berada disebelah pemakaman umum Grumbul Depok. Walaupun hanya sebuah bukit namun masyarakat sekitar  menyebutnya dengan Gunung Agaran.

Nama “Gunung Agaran” sendiri berawal dari sebuah cerita yang berkembang dimasyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.

Pada suatu hari ada seorang petani yang sedang bekerja dikebun (ladang). Saat itu musim kemarau sedang melanda wilayah Desa Melung.  Cuaca yang sangat panas seperti membakar tubuh Si Petani tersebut. Keringat bercucuran membasi seluruh tubuhnya. Karena tidak tahan dengan kelelahan yang melanda, akhirnya Si Petani memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Setelah menenggak air minum dan mengganjal perutnya dengan perbekalan seadanya.  Seperti biasa Si Petani mengeluarkan bungkusan tembakau yang dikantonginya. Beberapa saat kemudian Si Petani nampak sibuk menggulung tembakaunya dengan daun jagung yang telah kering. Sebentar saja nampak sebatang klobot (rokok) telah bertengger disudut bibirnya.

Namun rupanya Si Petani lupa membawa korek api. Sementara hasrat untuk merokok telah memuncak sampai keubun-ubun. Untuk kembali pulang tidak mungkin karena jauh dan harus naik turun bukit. Sementara menunggu orang leat juga sangat mustahil.

Berbekal pengetahuan yang dimilikinya, kemudian Si Petani mengambil dua bilah batang bambu bermaksud untuk membuat api (ngagar).  Kemudian kedua bilah bambu tersebut digesek-gesekan antara satu dengan lainya. Dengan kekuatan dan kecepatan yang stabil akhirnya setelah sekian lama dari gesekan kedua bilah bambu tersebut timbul percikan api. Karena panas pada akhirnya kedua bilah bambu tersebut terbakar yang kemudian apinya dipergunakan untuk menyulut rokok.

Terbawa rasa senang karena akhirnya dapat menikmati rokok, hingga Si Petani tanpa sadar membuang kedua bilah bambu yang masih ada apinya begitu saja. Hingga kemudian kedua bilah bambu yang apinya masih meyala membakar ladang Si Petani. Cuaca dan hembusan angin musim kemarau mempercepat kobaran api, hingga kebakaran tak bisa dikendalikan.

Kobaran api terlihat dari pemukiman masyarakat yang berada dibawah Gunung Agaran. Kobaran api yang kalau dalam bahasa jawa magar-magar. Sehingga untuk mengenang peristiwa tersebut Gunung atau Bukit tersebut diberi nama “Gunung Agaran”.

Dalam versi lain Gunung Agaran juga bisa berarti tempat membuat api “Ngagar” yang dilakukan oleh Si Petani tersebut.

Demikian sekilas tentang asal-usul Gunung Agaran.

 1,555 total views,  2 views today

Bagikan Berita