Walaupun malam telah datang menjelang, namun Saryati masih tetap asyik menganyam lembaran bambu untuk dijadikan alat-alat rumah tangga. Satu persatu lembaran bambu yang sudah diraut tipis dianyam hingga berbentuk berbagai macam kerajinan. Buah tanganya saat sekarang ini sudah sangat sedikit orang orang yang melirik ketrampilan anyaman dari bambu. Mereka lebih menyukai barang-barang untuk kebutuhan rumah tangga yang berbahan plastik.
“Membuat anyaman kerajinan bambu membutuhkan ketelatenan, ketekunan dan kesabaran. Apalagi peminat juga sudah jarang, mereka lebih memilih yang berbahan plastik” tutur Saryati. Keahlian yang dimiliki dalam pembuatan anyaman bambu diperoleh dari orangtuanya yang juga terampil dalam menganyam bambu untuk dibuat berbagai macam bentuk kerajinan untuk keperluan rumah tangga.
Seperti ketrampilan yang dimiliki oleh Saryati 39 thn warga RT 04 RW 01 Desa Melung di dapat dari keturunan dan bakat yang dimilikinya dari ibunya Keriah 69 . Adapun hasil kerajinan buah tanganya dari bambu antara lain : Bakul / Ceting, Nampan, Kukusan, Tikar, Ilir, Iyan, Besek ,dan bahkan sapu lantai dari bahan sabut Kelapa, ijuk dan Bunga Gelagah dengan ukuran besar maupun kecil disesuaikan dengan pesanan dan permintaan pembeli.
Dari sebatang bambu yang berkwalitas bagus lurus yang dibelinya dengan harga Rp. 6.000,- per batang bisa menghasilkan 5-7 buah bakul yang ukuran sedang dengan harga kisaran Rp.10.000,- perbuah. Dengan dawali dari memotong, membelah, dijemur (diirat irat / bahasa jawane ) diiris, dijemur lagi dihaluskan ( oyot oyot ) baru dibuat sesuai pesanan. Itupun tidak pasti karena Saryati mengerjakanya setelah selesai mengerjakan pekerjaan utamanya yaitu mengurus rumah tangga. Seberapapun penghasilan yang didapat olehnya tidak dipermasalahkan karena hitung hitung sebagai pengisi waktu luang disela sela kesibukan pekerjaan rumahnya. Yang sebagai hoby juga sangat membantu penghasilan keluarganya terutama suaminya yang bekerja di Pulau Bangka.