Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah, dan gunung berbadan besar nomor satu di Indonesia dilingkari 5 kabupaten, yaitu Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal dan Brebes dan merupakan sumber ekosistem yang sangat baik dan masih terjaga. Di lereng Sela tan yang termasuk wilayah administrasi Kabupaten Banyumas merupakan lereng yang masih sangat terjaga ekosistemnya dengan pepohonan yang masih sangat rimbun banyaknya keanekaragaman satwa yang dilindungi. Kayu-kayu yang ada disitu juga terdapat banyak jenis tanaman obat salah satunya adalah kayu angin (usnea spp) yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan untuk diambil dan dijual karena sebagai bahan obat-obatan herbal yang kaya dengan manfaatnya, namun setelah kejadian yang menimpa pada salah satu petani dari gerumbul Kalipagu Desa Ketenger yang meninggal dunia di ketinggian 2500 m akibat terkena petir pada saat mengambil kayu angin hingga sekarang masyarakat sekitar hutan tidak lagi mengambil jenis tanaman tersebut. Aktivitas masyarakat ke hutan tetap dilakukan karena mereka masih sangat tergantung dengan sumber daya alam yang ada seperti berburu burung dan lainya. Namun kekayaan sumber daya alam untuk kehidupan warga pinggir hutan yang ada mungkin alambat laun akan punah dengan adanya rencana pembangunan PLTP yang dilaksanakan oleh PT. SAE (Sejahtera Alam Energy). Isu akan adanya pembangunan PLTP disekitar lereng selatan gunung Slamet bagi masyarakat masih belum jelas kapan akan dimulai, walaupun isu sudah terdengar beberapa waktu yang lalu tentang pembangunan PLTP namun secara langsung ke warga belum pernah dilakukan oleh pihak terkait disekitar lereng selatan.
Rasa penasaran untuk mengetahui aktivitas yang akan dikerjakan disekitar gunung Slamet, kami berenam mengadakan pengecekan ke lokasi yang berada di ketinggian 2500 mdpl. perjalanan dilakukan pada malam hari pada jam 01.00 dari Dukuh Kalipagu Desa Ketenger yang merupakan jalur pendakian gunung Slamet yang cukup ekstrim dan membahayakan, dan sampai di pos peristirahatan pertama sekitar jam 02.45 wib istirahat sejenak menikmati dinginnya suhu disekitar gunung, kemudian perjalanan kami teruskan lagi sampai pada pos 2 sekitar jam 03.30 wib kami berenam beristirahat kami beristirahat cukup lama sampai dengan jam 06.30 wib, hingga sampai dilokasi yang dituju jarak tempuh cukup jauh memakan waktu kurang lebih 11 jam, dikarenakan fisik yang semakin menurun akibat medan yang cukup berat sehingga kami banyak berhenti untuk beristirahat. Kondisi yang sangat terjal untuk berjalan menuju punggungan yang satu dengan yang lainya membutuhkan waktu antara setengah sampai dengan satu jam keatas punggungan dengan kemiringan 60-70 derajat dan sangat luar biasa kondisi medan jalur selatan ini.
Sampailah kami pada tempat yang dituju sekitar pukul 12.00 wib, kami mengamati lokasi yang rencana akan dibangun, kami melihat dan mengamati lokasi dan ternyata sudah dimulai aktivitas awal proyek PLTP yang berada diketinggian 2500 mdpl. Kami melihat sudah mulai dengan penebangan kayu untuk pembukaan jalan berjarak 4 m, dan penebangan jalur-jalur lurus dengan jarak kurang lebih 50 m mengikuti kondisi lapang disana yang cukup banyak, entah untuk apa kami tidak mengetahui, adanya patok dan tanda pita merah dengan bertulisan kode-kode yang kami tidak mengetahui.
Setelah melihat letak dan kondisi yang ada, dari rencana pelaksanaan pembangunan PLTP, kami selaku warga yang berada persis dibawahnya lereng gunung Slamet sebelah Selatan merasa khawatir dengan adanya rencana pembangunan PLTP meskipun kami belum tahu persis proses pembangunan yang akan di kerjakan nantinya apakah berdampak kepada wilayah kami, karena apabila dilihat rencana pembangunan tersebut menurut kami persis berada diatas wilayah kami. Kami hanya khawatir bencana yang terjadi dikemudian hari, walaupun menurut orang-orang pintar katanya pembangkit tenaga panas bumi tidak membahayakan dan tidak menimbulkan polusi atau limbah. Kami tidak mengetahui teori orang-orang pintas disana, tapi kami sebagai orang desa sangat khawatir adanya perubahan bentuk alam yang pasti lambat laun akan memberikan dampak kepada kami.
Gunung Slamet merupakan sumber air untuk wilayah Kabupaten Banyumas karena sungai-sungai besar seperti Banjaran, Gumawang dan Logawa merupakan debit air terbesar di Banyumas yang semuanya bersumber dari lereng gunung Slamet sebelah selatan, selain sebagai sumber air, lereng Slamet sebelah selatan merupakan kawasan yang masih sangat hijau di bandingkan lereng sebelah timur ataupun sebelah utara dan masih asli.
Ancaman terhadap ekosistem secara langsung dilereng sebelah selatan dengan dibukanya atau dibangunya PLTP akan menggeser ekosistem yang ada salah satunya primata yang selama ini ada dan masih cukup terjaga. Menurut Buang (31) warga Kalipagu yang pernah melakukan pendataan primata bahwa dilokasi tersebut dihuni oleh 33 koloni dan 120 jenis burung, belum lagi jenis satwa lainya yang hidup di sekitar lokasi tersebut keberadaanya sangat terancam.